Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Vaginosis Bakterialis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan, dan Pencegahannya

Vaginosis bakterialis adalah infeksi pada vagina yang terjadi akibat ketidakseimbangan bakteri alami di dalam vagina. Normalnya, vagina mengandung bakteri baik yang disebut Lactobacillus, yang membantu menjaga keseimbangan pH dan melindungi dari infeksi. Namun, ketika jumlah bakteri baik ini menurun dan digantikan oleh bakteri berbahaya, maka terjadi vaginosis bakterialis.

Vaginosis bakterialis adalah infeksi vagina yang paling umum terjadi pada wanita usia reproduktif. Meskipun vaginosis bakterialis bukan penyakit menular seksual (PMS), kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita yang aktif secara seksual. Vaginosis bakterialis dapat menyebabkan gejala yang mengganggu, tetapi sering kali juga tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Karena vaginosis bakterialis bisa meningkatkan risiko infeksi lain seperti PMS, infeksi saluran kemih, dan komplikasi kehamilan, penting untuk memahami penyebab, gejala, serta cara mengobati dan mencegah vaginosis bakterialis agar kondisi ini tidak berulang.

Vaginosis bakterialis adalah infeksi pada vagina yang terjadi akibat ketidakseimbangan bakteri alami di dalam vagina. Normalnya, vagina mengandung bakteri baik yang disebut Lactobacillus, yang membantu menjaga keseimbangan pH dan melindungi dari infeksi. Namun, ketika jumlah bakteri baik ini menurun dan digantikan oleh bakteri berbahaya, maka terjadi vaginosis bakterialis.

Penyebab Vaginosis Bakterialis

Vaginosis bakterialis terjadi ketika keseimbangan alami mikroflora di dalam vagina terganggu. Beberapa faktor utama yang menyebabkan ketidakseimbangan ini meliputi:

1. Aktivitas Seksual yang Tidak Sehat

  • Memiliki banyak pasangan seksual dapat mengubah keseimbangan bakteri di dalam vagina.
  • Hubungan seksual tanpa kondom dapat meningkatkan risiko vaginosis bakterialis, karena sperma dapat mengubah pH vagina.

2. Penggunaan Produk Kebersihan yang Tidak Tepat

  • Mencuci vagina dengan sabun yang mengandung pewangi atau bahan kimia keras dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik.
  • Penggunaan douching (membilas vagina dengan cairan pembersih) dapat mengurangi jumlah Lactobacillus, sehingga memicu vaginosis bakterialis.

3. Kontrasepsi Tertentu

  • Penggunaan alat kontrasepsi seperti IUD (spiral) dapat meningkatkan risiko vaginosis bakterialis, karena dapat menyebabkan perubahan lingkungan vagina.

4. Perubahan Hormon

  • Kehamilan, menopause, atau siklus menstruasi dapat mengubah kadar hormon yang mempengaruhi keseimbangan bakteri di vagina.

5. Penggunaan Antibiotik yang Berlebihan

  • Antibiotik dapat membunuh bakteri baik di vagina, yang meningkatkan risiko pertumbuhan bakteri penyebab vaginosis bakterialis.

6. Kebiasaan Buruk dalam Kebersihan

  • Tidak mengganti celana dalam secara rutin atau menggunakan pakaian ketat yang tidak menyerap keringat dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan bakteri berbahaya.

Gejala Vaginosis Bakterialis

Beberapa wanita dengan vaginosis bakterialis tidak mengalami gejala sama sekali. Namun, ketika gejala muncul, biasanya meliputi:

  • Keputihan berwarna putih keabu-abuan yang lebih banyak dari biasanya.
  • Bau amis yang kuat, terutama setelah berhubungan seksual.
  • Gatal atau iritasi ringan di vagina.
  • Rasa terbakar saat buang air kecil.
  • Keputihan encer dengan konsistensi tipis.

Jika vaginosis bakterialis tidak diobati, kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi serius seperti infeksi panggul, penyakit menular seksual, dan komplikasi kehamilan.

Cara Mendiagnosis Vaginosis Bakterialis

Untuk memastikan diagnosis vaginosis bakterialis, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan berikut:

1. Wawancara Medis dan Pemeriksaan Fisik

  • Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan dan kebiasaan seksual pasien.
  • Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda-tanda keputihan abnormal.

2. Tes pH Vagina

  • Normalnya, pH vagina berada di antara 3,8 hingga 4,5. Pada vaginosis bakterialis, pH meningkat di atas 4,5.

3. Tes Keputihan

  • Sampel keputihan diambil untuk dianalisis di laboratorium guna mendeteksi keberadaan bakteri penyebab vaginosis bakterialis.

4. Tes KOH (Whiff Test)

  • Tes ini dilakukan dengan mencampurkan cairan KOH (kalium hidroksida) dengan sampel keputihan. Jika muncul bau amis, kemungkinan besar itu adalah vaginosis bakterialis.

Jika dokter mencurigai adanya infeksi lain seperti infeksi jamur atau PMS, pemeriksaan tambahan mungkin diperlukan.

Cara Mengobati Vaginosis Bakterialis

Pengobatan vaginosis bakterialis bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan bakteri di vagina dan mencegah komplikasi. Beberapa metode pengobatan yang umum digunakan meliputi:

1. Antibiotik

  • Metronidazole (Flagyl): Obat antibiotik yang paling sering digunakan untuk mengobati vaginosis bakterialis, tersedia dalam bentuk tablet dan gel vagina.
  • Clindamycin: Bisa digunakan dalam bentuk krim atau tablet.
  • Tinidazole: Alternatif untuk pasien yang tidak bisa menggunakan metronidazole.

2. Probiotik

  • Mengonsumsi probiotik yang mengandung Lactobacillus dapat membantu mengembalikan keseimbangan bakteri baik di vagina.

3. Pengobatan Rumahan

  • Mengonsumsi yogurt atau makanan kaya probiotik untuk membantu menyeimbangkan mikroflora vagina.
  • Menggunakan cuka apel dalam mandi air hangat untuk membantu menormalkan pH vagina (tidak disarankan tanpa konsultasi dokter).

Jika vaginosis bakterialis sering kambuh, dokter mungkin akan menyarankan pengobatan jangka panjang untuk mencegah infeksi berulang.

Cara Mencegah Vaginosis Bakterialis

Beberapa langkah dapat diambil untuk mencegah vaginosis bakterialis dan menjaga kesehatan vagina:

  • Hindari douching, karena dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik di vagina.
  • Gunakan pakaian dalam berbahan katun, yang dapat menyerap keringat dan mengurangi kelembapan di area vagina.
  • Jaga kebersihan area genital, tetapi hindari penggunaan sabun dengan pewangi atau bahan kimia keras.
  • Gantilah pakaian dalam secara teratur, terutama setelah berolahraga atau berkeringat.
  • Hindari hubungan seksual tanpa kondom, terutama jika memiliki pasangan seksual lebih dari satu.
  • Batasi penggunaan antibiotik yang tidak perlu, agar bakteri baik di dalam tubuh tetap seimbang.
  • Konsumsi makanan yang kaya probiotik, seperti yogurt dan kefir, untuk membantu menjaga kesehatan mikroflora vagina.

Q&A Seputar Vaginosis Bakterialis

1. Apakah Vaginosis Bakterialis Menular?

Vaginosis bakterialis bukan penyakit menular seksual (PMS), tetapi aktivitas seksual dapat meningkatkan risikonya.

2. Apakah Vaginosis Bakterialis Bisa Sembuh Tanpa Pengobatan?

Pada beberapa kasus ringan, vaginosis bakterialis dapat hilang dengan sendirinya. Namun, jika gejala berlanjut, pengobatan diperlukan untuk mencegah komplikasi.

3. Apakah Vaginosis Bakterialis Berbahaya?

Jika tidak diobati, vaginosis bakterialis dapat meningkatkan risiko infeksi menular seksual, penyakit radang panggul, dan komplikasi selama kehamilan.

4. Bisakah Pria Terinfeksi Vaginosis Bakterialis?

Pria tidak mengalami vaginosis bakterialis, tetapi mereka dapat menjadi perantara dalam penularan bakteri penyebab kondisi ini kepada pasangan mereka.

Jika mengalami gejala vaginosis bakterialis, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat dan mencegah infeksi lebih lanjut.