Penyebab Bayi Kuning

Daftar Isi
Penyebab bayi kuning sering kali membuat orang tua khawatir. Ketahui apa yang menyebabkan bayi kuning, apakah berbahaya, serta cara mengatasinya dengan tepat.

Sebagai orang tua baru, melihat bayi mengalami kulit dan mata yang menguning tentu bisa menimbulkan kekhawatiran. Kondisi ini disebut jaundice atau hiperbilirubinemia dan sering terjadi pada bayi baru lahir.

Sebagian besar kasus bayi kuning bersifat normal dan tidak berbahaya, tetapi dalam beberapa situasi, kondisi ini bisa menjadi tanda adanya gangguan kesehatan yang lebih serius. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami penyebab bayi kuning, bagaimana cara membedakannya antara kondisi normal dan berbahaya, serta langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.

Penyebab bayi kuning sering kali membuat orang tua khawatir. Ketahui apa yang menyebabkan bayi kuning, apakah berbahaya, serta cara mengatasinya dengan tepat.

Apa Itu Bayi Kuning?

Bayi kuning adalah kondisi yang terjadi ketika kadar bilirubin dalam darah bayi meningkat. Bilirubin adalah zat yang dihasilkan dari pemecahan sel darah merah dan biasanya akan diproses oleh hati untuk dibuang melalui urine dan feses.

Pada bayi baru lahir, hati mereka masih belum berkembang sempurna, sehingga proses pembuangan bilirubin tidak berjalan optimal. Akibatnya, bilirubin menumpuk dalam darah dan menyebabkan kulit serta bagian putih mata bayi tampak kuning.

Penyebab Bayi Kuning yang Perlu Diketahui

1. Bayi Kuning Fisiologis (Normal)

Sebagian besar bayi mengalami bayi kuning fisiologis, yang muncul dua hingga empat hari setelah lahir dan biasanya hilang dalam waktu 10 hingga 14 hari tanpa memerlukan pengobatan khusus.

Penyebab utamanya adalah:

  • Hati bayi belum berkembang sempurna sehingga belum mampu mengolah bilirubin dengan efisien.
  • Peningkatan pemecahan sel darah merah yang terjadi secara alami setelah lahir.

2. Bayi Kuning Karena Kurang ASI

Bayi yang tidak mendapatkan cukup ASI berisiko mengalami bayi kuning akibat dehidrasi. Jika bayi kurang menyusu, bilirubin akan sulit dikeluarkan melalui feses dan urine, sehingga semakin menumpuk dalam darah.

3. Bayi Kuning karena ASI (Breast Milk Jaundice)

Pada beberapa bayi, zat tertentu dalam ASI dapat memperlambat pemecahan bilirubin, menyebabkan bayi kuning bertahan lebih lama. Kondisi ini biasanya muncul setelah minggu pertama kelahiran dan dapat bertahan hingga dua hingga tiga bulan, tetapi tidak berbahaya.

4. Golongan Darah Ibu dan Bayi Tidak Cocok (Inkompatibilitas ABO/Rh)

Jika golongan darah ibu dan bayi tidak cocok, tubuh bayi bisa mengalami pemecahan sel darah merah yang lebih cepat, sehingga kadar bilirubin meningkat drastis. Kondisi ini perlu dipantau lebih serius karena dapat menyebabkan anemia dan penyakit kuning berat.

5. Infeksi atau Gangguan Hati

Infeksi pada bayi, seperti infeksi saluran kemih atau hepatitis bawaan, dapat menyebabkan gangguan pada hati, sehingga pemrosesan bilirubin terganggu dan bayi mengalami kuning yang lebih lama.

6. Kelainan Genetik atau Gangguan Metabolisme

Beberapa kondisi bawaan seperti defisiensi enzim G6PD atau sindrom Crigler-Najjar dapat menyebabkan bayi kuning yang lebih lama dan sulit hilang. Kondisi ini perlu pengawasan dokter lebih lanjut.

7. Bayi Prematur

Bayi yang lahir prematur memiliki organ hati yang lebih belum matang, sehingga pemrosesan bilirubin lebih lambat. Bayi prematur lebih rentan mengalami bayi kuning yang lebih lama dibandingkan bayi cukup bulan.

Bagaimana Cara Mengenali Bayi Kuning?

Untuk mendeteksi bayi kuning, perhatikan tanda-tanda berikut:

  • Kulit bayi tampak kuning, terutama pada wajah, dada, dan perut.
  • Bagian putih mata juga terlihat kuning.
  • Bayi lebih mengantuk dan sulit menyusu.
  • Bayi kurang aktif dan lemas.
  • Urine berwarna lebih gelap dan feses berwarna lebih pucat pada kasus yang lebih serius.

Untuk memastikan kadar bilirubin bayi, dokter bisa melakukan tes darah atau menggunakan alat bilirubinometer untuk mengukur kadar bilirubin di kulit bayi.

Apakah Bayi Kuning Berbahaya?

Sebagian besar bayi kuning fisiologis tidak berbahaya dan akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu. Namun, jika kadar bilirubin sangat tinggi dan tidak segera ditangani, bisa menyebabkan kernikterus, yaitu kondisi langka di mana bilirubin merusak otak bayi dan menyebabkan:

  • Gangguan pendengaran.
  • Keterlambatan perkembangan.
  • Masalah neurologis jangka panjang.

Oleh karena itu, jika bayi kuning berlangsung lebih dari dua minggu atau semakin parah, segera periksakan ke dokter.

Cara Mengatasi Bayi Kuning

Jika bayi kuning tidak parah, beberapa langkah berikut bisa membantu menurunkan kadar bilirubin secara alami:

1. Berikan ASI yang Cukup

Menyusui bayi delapan hingga dua belas kali sehari membantu meningkatkan buang air besar bayi, sehingga bilirubin lebih cepat dikeluarkan dari tubuh.

2. Jemur Bayi di Bawah Sinar Matahari Pagi

Menjemur bayi selama sepuluh hingga lima belas menit pada pukul tujuh hingga sembilan pagi bisa membantu tubuh bayi mengurai bilirubin lebih cepat.

3. Pastikan Bayi Cukup Terhidrasi

Jika bayi tidak mendapatkan cukup ASI, dokter mungkin menyarankan pemberian susu formula sementara untuk mencegah dehidrasi dan mempercepat proses pembuangan bilirubin.

Jika kadar bilirubin terlalu tinggi, dokter mungkin akan merekomendasikan perawatan medis berikut:

4. Terapi Sinar (Fototerapi)

Fototerapi adalah metode perawatan di mana bayi ditempatkan di bawah lampu khusus yang membantu mengubah bilirubin menjadi bentuk yang lebih mudah dikeluarkan oleh tubuh.

5. Transfusi Tukar

Pada kasus bayi kuning yang sangat parah, terutama akibat inkompatibilitas golongan darah, bayi mungkin memerlukan transfusi tukar, yaitu penggantian darah bayi dengan darah donor yang sehat untuk menurunkan kadar bilirubin dengan cepat.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera bawa bayi ke dokter jika:

  • Bayi kuning dalam dua puluh empat jam pertama setelah lahir.
  • Warna kuning semakin parah dan menyebar hingga kaki.
  • Bayi sangat lemas, sulit menyusu, atau terus tidur.
  • Bayi mengalami kejang atau tangisan bernada tinggi.
  • Bayi kuning berlangsung lebih dari dua minggu.

Kesimpulan

Penyebab bayi kuning bisa bermacam-macam, mulai dari kondisi yang normal hingga gangguan kesehatan yang lebih serius. Bayi kuning fisiologis umumnya tidak berbahaya dan akan hilang dalam beberapa minggu dengan perawatan sederhana seperti menyusui lebih sering dan menjemur bayi di bawah sinar matahari pagi.

Namun, jika bayi kuning semakin parah, berlangsung lebih lama, atau disertai gejala lain seperti lemas dan sulit menyusu, segera konsultasikan dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Dengan memahami penyebab bayi kuning, orang tua bisa lebih tenang dan mengambil langkah yang tepat untuk menjaga kesehatan si kecil.